
Bahaya Tayangan Televisi Terhadap Psikologis Anak
Akhir-akhir ini sering terdengar ditelinga kita terjadinya
perkelahian antar anak-anak, terutama perkelahian antar anak-anak SD.
Perkelahian yang terjadi antar anak SD disebabkan banyak factor, salah satunya
adalah factor media massa. Media massa yang lebih dominan adalah Televisi.
Televisi masih merupakan salah satu produk kemajuan teknologi komunikasi yang
lebih sempurna dan dapat menutupi kekurangan yang ada pada media komunikasi
yang lainya yakni surat kabar, majalah, radio, dan film. Hal ini karena
televisi mampu secara utuh menampilkan gambar secara nyata dan lengkap dengan
suara aslinya. Sehingga dapat dikatakan bahwa televisi akan mempunyai pengaruh
yang lebih besar dan lebih luas. Sehingga dapat dikatakan bahwa televisi akan
mempunyai pengaruh yang lebih besar dan lebih luas. Sebagaimana dikatakan oleh
para ahli bahwa 75% dari pengetahuan manusia sampai ke otaknya melalui mata dan
yang selebihnya melalui pendengaran dan indera-indera lainnya. (B, 2011)
B, H. (2011). Studi Kolerasi Intensitas Menonton Tayangan
Yang Mengandung Kekerasan Di Televisi Dengan Perilaku Agresif Pada Anak .
Jurnal Psikologi , 1.
Di Indonesia, kekerasan yang disaksikan di televisi tidak
hanya terjadi pada film saja. Kekerasan dapat juga disaksikan setiap hari dalam
siaran berita, dari stasiun televisi swasta maupun TVRI. Menurut Rusdi Muchtar
(dalam Kompas, 16 April1998), seorang pakar komunikasi dari Lembaga Ilmu
Pengetahuan Indonesia,berita-berita kriminal di televisi sudah tampak begitu
vulgar, sehingga dikhawatirkan memberikan dampak buruk bagi perkembangan
psikologis anak dan remaja. (D, Praditya L.;Wimbarti & Helmi A. F,
1999)
D, Praditya L.;Wimbarti & Helmi A. F. (1999). Pengaruh
Tayangan Adegan Kekerasan Yang Nyata Terhadap Agretivitas. Jurnal Psikologi ,
51.
Selain itu ada pula acara-acara khusus yang ditayangkan
oleh stasiun televisi yang sangat popular di kalangan anak-anak saat ini. Walaupun
sudah ada peringatan berulang kali mengingatkan penonton untuk tidak mencontoh
apa yang mereka saksikan namun diyakini bahwa tontonan tersebut akan
berpengaruh terhadap perkembangan jiwa penontonnya. Contoh tayangan televise
yang sekarang menjadi tayangan favorit anak-anak adalah “Anak Jalanan”,
tayangan yang banyak menempilkan kekerasan, perkelahian dan kebut-kebutan di
Jalan. Hal ini sungguh mengkhawatirkan mengingat tayangan tersebut
diperitungkan untuk usai dewasa, namun anak-anak dengan leluasa menonton
tayangan tersebut. Hal ini sesuai dengan pendapat Davidoff (1991) bahwa
menyaksikan perkelahian dan pembunuhan meskipun sedikit pasti akan menimbulkan
rangsangan dan memungkinkan untuk meniru model kekerasan tersebut. Anak-anak
yang menyenangi dan menggemari film-film yang bertema kekerasan di televisi
tentu akan memperoleh contoh norma yang buruk dari perilaku anti sosial dalam
film tersebut. Kesukaan (minat) anak-anak terhadap film kekerasan ini dapat
dilihat dari kondisi ketertarikannya pada film tersebut yang akan menuntut ia
untuk selalu menonton film yang diputar di televisi, atau tidak akan melewatkan
film-film tersebut begitu saja. Anak-anak yang menyukai film kekerasan
cenderung memilih film action dari film lain/tontonan lain. Dari hal-hal diatas
terlihat bahwa film-film yang ditayangkan televisi penting untuk diteliti
karena memiliki dampak terhadap sikap, perilaku, dan perkembangan kepribadian
penontonnya. Sekecil apapun pengaruh itu tetap ada, tayangan demi tayangan,
hari demi hari, minggu demi minggu, bulan demi bulan, bahkan tahun demi tahun
tayangan tersebut terakumulasi melalui proses yang cukup panjang. Sikap dapat
memberi arah pada perilaku seseorang, sikap biasanya dinyatakan dalam bentuk
respon positif dan respon negatif. (A, 2015)
A, P. (2015). Manajemen Program Penyiaran Berbasis Pedoman
Perilaku Penyiaran dan Standar Program Siaran ( P3/SPS ). Jurnal Komunikasi
Massa , 1.
Oleh karena itu, peran orang tua sangat dibutuhkan untuk
mengawasi tontonan anak-anaknya dan jangan lupa memberikan jam untuk menonton
televise yang cukup dan tidak melebihi jam 9 malam. Tidak hanya peran orang
tua, peran KPI ( Komisi Penyiaran Indonesia ) juga dibutuhkan. KPI sebagai
pengawas acara-acara yang ditayangkan televise. KPI harus bersikap bersikap
tegas dengan stasiun televise yang menayangkan acara-acara yang berbau
kekerasan . Dan juga KPI harus dapat meminimalisir atau membatasi tayangan yang
berbau kekerasan yang sering ditayangkan ditelevisi, dan memberikan juga
peringatan pensensoran terhadap tayangan yang berbau keras terhadap stasiun
televise. Dan juga KPI harus dapat memberikan instruksi tayangan yang yang
boleh ditayangankan dan mana yang tidak boleh ditayangkan. Dan jangan lupa
memberikan tayangan yang mendidik kepada anak-anak, mengingat tayangan untuk
anak-anak semakin jarang di Televisi. Untuk itu sudah seharusnya KPI mulai
berbenah mengingat televise sebagai media massa yang sekarang banyak digemari
oleh anak-anak dan juga begitu besarnya dampak dari tayangan televise mempengaruhi
psikologis anak-anak.
Purwasito, A. (2015). Manajemen Program Penyiaran Berbasis
Pedoman Perilaku Penyiaran dan Standar Program Siaran (P3/SPS). Jurnal
Komunikasi Massa, 7(1).
Hutapea, B. (2011). Studi Korelasi Intensitas Menonton
Tayangan Yang Mengandung Kekerasan Di Televisi Dengan Perilaku Agresif Pada
Anak. Jurnal Psikologi, 3(2).
Praditya, L. D., Wimbarti, S., & Helmi, A. F. (1999).
Pengaruh Tayangan Adegan Kekerasan Yang Nyata Terhadap Agresivitas. Jurnal
Psikologi, 26(1), 51-63.
Bahaya Tayangan Televisi Terhadap Psikologis Anak
Akhir-akhir ini sering terdengar ditelinga kita terjadinya
perkelahian antar anak-anak, terutama perkelahian antar anak-anak SD.
Perkelahian yang terjadi antar anak SD disebabkan banyak factor, salah satunya
adalah factor media massa. Media massa yang lebih dominan adalah Televisi.
Televisi masih merupakan salah satu produk kemajuan teknologi komunikasi yang
lebih sempurna dan dapat menutupi kekurangan yang ada pada media komunikasi
yang lainya yakni surat kabar, majalah, radio, dan film. Hal ini karena
televisi mampu secara utuh menampilkan gambar secara nyata dan lengkap dengan
suara aslinya. Sehingga dapat dikatakan bahwa televisi akan mempunyai pengaruh
yang lebih besar dan lebih luas. Sehingga dapat dikatakan bahwa televisi akan
mempunyai pengaruh yang lebih besar dan lebih luas. Sebagaimana dikatakan oleh
para ahli bahwa 75% dari pengetahuan manusia sampai ke otaknya melalui mata dan
yang selebihnya melalui pendengaran dan indera-indera lainnya. (B, 2011)
D, Praditya L.;Wimbarti & Helmi A. F. (1999). Pengaruh
Tayangan Adegan Kekerasan Yang Nyata Terhadap Agretivitas. Jurnal Psikologi ,
51.
Selain itu ada pula acara-acara khusus yang ditayangkan
oleh stasiun televisi yang sangat popular di kalangan anak-anak saat ini. Walaupun
sudah ada peringatan berulang kali mengingatkan penonton untuk tidak mencontoh
apa yang mereka saksikan namun diyakini bahwa tontonan tersebut akan
berpengaruh terhadap perkembangan jiwa penontonnya. Contoh tayangan televise
yang sekarang menjadi tayangan favorit anak-anak adalah “Anak Jalanan”,
tayangan yang banyak menempilkan kekerasan, perkelahian dan kebut-kebutan di
Jalan. Hal ini sungguh mengkhawatirkan mengingat tayangan tersebut
diperitungkan untuk usai dewasa, namun anak-anak dengan leluasa menonton
tayangan tersebut. Hal ini sesuai dengan pendapat Davidoff (1991) bahwa
menyaksikan perkelahian dan pembunuhan meskipun sedikit pasti akan menimbulkan
rangsangan dan memungkinkan untuk meniru model kekerasan tersebut. Anak-anak
yang menyenangi dan menggemari film-film yang bertema kekerasan di televisi
tentu akan memperoleh contoh norma yang buruk dari perilaku anti sosial dalam
film tersebut. Kesukaan (minat) anak-anak terhadap film kekerasan ini dapat
dilihat dari kondisi ketertarikannya pada film tersebut yang akan menuntut ia
untuk selalu menonton film yang diputar di televisi, atau tidak akan melewatkan
film-film tersebut begitu saja. Anak-anak yang menyukai film kekerasan
cenderung memilih film action dari film lain/tontonan lain. Dari hal-hal diatas
terlihat bahwa film-film yang ditayangkan televisi penting untuk diteliti
karena memiliki dampak terhadap sikap, perilaku, dan perkembangan kepribadian
penontonnya. Sekecil apapun pengaruh itu tetap ada, tayangan demi tayangan,
hari demi hari, minggu demi minggu, bulan demi bulan, bahkan tahun demi tahun
tayangan tersebut terakumulasi melalui proses yang cukup panjang. Sikap dapat
memberi arah pada perilaku seseorang, sikap biasanya dinyatakan dalam bentuk
respon positif dan respon negatif. (A, 2015)
A, P. (2015). Manajemen Program Penyiaran Berbasis Pedoman
Perilaku Penyiaran dan Standar Program Siaran ( P3/SPS ). Jurnal Komunikasi
Massa , 1.
Oleh karena itu, peran orang tua sangat dibutuhkan untuk
mengawasi tontonan anak-anaknya dan jangan lupa memberikan jam untuk menonton
televise yang cukup dan tidak melebihi jam 9 malam. Tidak hanya peran orang
tua, peran KPI ( Komisi Penyiaran Indonesia ) juga dibutuhkan. KPI sebagai
pengawas acara-acara yang ditayangkan televise. KPI harus bersikap bersikap
tegas dengan stasiun televise yang menayangkan acara-acara yang berbau
kekerasan . Dan juga KPI harus dapat meminimalisir atau membatasi tayangan yang
berbau kekerasan yang sering ditayangkan ditelevisi, dan memberikan juga
peringatan pensensoran terhadap tayangan yang berbau keras terhadap stasiun
televise. Dan juga KPI harus dapat memberikan instruksi tayangan yang yang
boleh ditayangankan dan mana yang tidak boleh ditayangkan. Dan jangan lupa
memberikan tayangan yang mendidik kepada anak-anak, mengingat tayangan untuk
anak-anak semakin jarang di Televisi. Untuk itu sudah seharusnya KPI mulai
berbenah mengingat televise sebagai media massa yang sekarang banyak digemari
oleh anak-anak dan juga begitu besarnya dampak dari tayangan televise mempengaruhi
psikologis anak-anak.
Purwasito, A. (2015). Manajemen Program Penyiaran Berbasis
Pedoman Perilaku Penyiaran dan Standar Program Siaran (P3/SPS). Jurnal
Komunikasi Massa, 7(1).
Hutapea, B. (2011). Studi Korelasi Intensitas Menonton
Tayangan Yang Mengandung Kekerasan Di Televisi Dengan Perilaku Agresif Pada
Anak. Jurnal Psikologi, 3(2).
Praditya, L. D., Wimbarti, S., & Helmi, A. F. (1999).
Pengaruh Tayangan Adegan Kekerasan Yang Nyata Terhadap Agresivitas. Jurnal
Psikologi, 26(1), 51-63.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar