Jumat, 01 April 2016

“ Pengaruh Tayangan Televisi Terhadap Perkembangan Moral Anak “



Bahaya Tayangan Televisi Terhadap Psikologis Anak
Akhir-akhir ini sering terdengar ditelinga kita terjadinya perkelahian antar anak-anak, terutama perkelahian antar anak-anak SD. Perkelahian yang terjadi antar anak SD disebabkan banyak factor, salah satunya adalah factor media massa. Media massa yang lebih dominan adalah Televisi. Televisi masih merupakan salah satu produk kemajuan teknologi komunikasi yang lebih sempurna dan dapat menutupi kekurangan yang ada pada media komunikasi yang lainya yakni surat kabar, majalah, radio, dan film. Hal ini karena televisi mampu secara utuh menampilkan gambar secara nyata dan lengkap dengan suara aslinya. Sehingga dapat dikatakan bahwa televisi akan mempunyai pengaruh yang lebih besar dan lebih luas. Sehingga dapat dikatakan bahwa televisi akan mempunyai pengaruh yang lebih besar dan lebih luas. Sebagaimana dikatakan oleh para ahli bahwa 75% dari pengetahuan manusia sampai ke otaknya melalui mata dan yang selebihnya melalui pendengaran dan indera-indera lainnya. (B, 2011)

 B, H. (2011). Studi Kolerasi Intensitas Menonton Tayangan Yang Mengandung Kekerasan Di Televisi Dengan Perilaku Agresif Pada Anak . Jurnal Psikologi , 1.
 Di Indonesia, kekerasan yang disaksikan di televisi tidak hanya terjadi pada film saja. Kekerasan dapat juga disaksikan setiap hari dalam siaran berita, dari stasiun televisi swasta maupun TVRI. Menurut Rusdi Muchtar (dalam Kompas, 16 April1998), seorang pakar komunikasi dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia,berita-berita kriminal di televisi sudah tampak begitu vulgar, sehingga dikhawatirkan memberikan dampak buruk bagi perkembangan psikologis anak dan remaja. (D, Praditya L.;Wimbarti & Helmi A. F, 1999)
D, Praditya L.;Wimbarti & Helmi A. F. (1999). Pengaruh Tayangan Adegan Kekerasan Yang Nyata Terhadap Agretivitas. Jurnal Psikologi , 51.
Selain itu ada pula acara-acara khusus yang ditayangkan oleh stasiun televisi yang sangat popular di kalangan anak-anak saat ini. Walaupun sudah ada peringatan berulang kali mengingatkan penonton untuk tidak mencontoh apa yang mereka saksikan namun diyakini bahwa tontonan tersebut akan berpengaruh terhadap perkembangan jiwa penontonnya. Contoh tayangan televise yang sekarang menjadi tayangan favorit anak-anak adalah “Anak Jalanan”, tayangan yang banyak menempilkan kekerasan, perkelahian dan kebut-kebutan di Jalan. Hal ini sungguh mengkhawatirkan mengingat tayangan tersebut diperitungkan untuk usai dewasa, namun anak-anak dengan leluasa menonton tayangan tersebut. Hal ini sesuai dengan pendapat Davidoff (1991) bahwa menyaksikan perkelahian dan pembunuhan meskipun sedikit pasti akan menimbulkan rangsangan dan memungkinkan untuk meniru model kekerasan tersebut. Anak-anak yang menyenangi dan menggemari film-film yang bertema kekerasan di televisi tentu akan memperoleh contoh norma yang buruk dari perilaku anti sosial dalam film tersebut. Kesukaan (minat) anak-anak terhadap film kekerasan ini dapat dilihat dari kondisi ketertarikannya pada film tersebut yang akan menuntut ia untuk selalu menonton film yang diputar di televisi, atau tidak akan melewatkan film-film tersebut begitu saja. Anak-anak yang menyukai film kekerasan cenderung memilih film action dari film lain/tontonan lain. Dari hal-hal diatas terlihat bahwa film-film yang ditayangkan televisi penting untuk diteliti karena memiliki dampak terhadap sikap, perilaku, dan perkembangan kepribadian penontonnya. Sekecil apapun pengaruh itu tetap ada, tayangan demi tayangan, hari demi hari, minggu demi minggu, bulan demi bulan, bahkan tahun demi tahun tayangan tersebut terakumulasi melalui proses yang cukup panjang. Sikap dapat memberi arah pada perilaku seseorang, sikap biasanya dinyatakan dalam bentuk respon positif dan respon negatif. (A, 2015)
A, P. (2015). Manajemen Program Penyiaran Berbasis Pedoman Perilaku Penyiaran dan Standar Program Siaran ( P3/SPS ). Jurnal Komunikasi Massa , 1.
Oleh karena itu, peran orang tua sangat dibutuhkan untuk mengawasi tontonan anak-anaknya dan jangan lupa memberikan jam untuk menonton televise yang cukup dan tidak melebihi jam 9 malam. Tidak hanya peran orang tua, peran KPI ( Komisi Penyiaran Indonesia ) juga dibutuhkan. KPI sebagai pengawas acara-acara yang ditayangkan televise. KPI harus bersikap bersikap tegas dengan stasiun televise yang menayangkan acara-acara yang berbau kekerasan . Dan juga KPI harus dapat meminimalisir atau membatasi tayangan yang berbau kekerasan yang sering ditayangkan ditelevisi, dan memberikan juga peringatan pensensoran terhadap tayangan yang berbau keras terhadap stasiun televise. Dan juga KPI harus dapat memberikan instruksi tayangan yang yang boleh ditayangankan dan mana yang tidak boleh ditayangkan. Dan jangan lupa memberikan tayangan yang mendidik kepada anak-anak, mengingat tayangan untuk anak-anak semakin jarang di Televisi. Untuk itu sudah seharusnya KPI mulai berbenah mengingat televise sebagai media massa yang sekarang banyak digemari oleh anak-anak dan juga begitu besarnya dampak dari tayangan televise mempengaruhi psikologis anak-anak.
Purwasito, A. (2015). Manajemen Program Penyiaran Berbasis Pedoman Perilaku Penyiaran dan Standar Program Siaran (P3/SPS). Jurnal Komunikasi Massa, 7(1).
Hutapea, B. (2011). Studi Korelasi Intensitas Menonton Tayangan Yang Mengandung Kekerasan Di Televisi Dengan Perilaku Agresif Pada Anak. Jurnal Psikologi, 3(2).
Praditya, L. D., Wimbarti, S., & Helmi, A. F. (1999). Pengaruh Tayangan Adegan Kekerasan Yang Nyata Terhadap Agresivitas. Jurnal Psikologi, 26(1), 51-63.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar